Thread Rating:
  • 0 Vote(s) - 0 Average
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
KENAPA BIAYA KURSUS,SEMINAR,SYMPOSIUM KEDOKTERAN MAHAL???
#1
Teman-teman kenapa ya biaya kursus2 kedokteran pada mahal2 semua..  :-?
kursus kan untuk nambah ilmu kenapa biayanya mahal..
ada baiknya kursus2 kedokteran biayanya nda usah mahal2 secukupnya saja..  kalau bisa gratis he..3x  :asik: tanpa perlu susah cari uang dulu untuk biaya kursus.. Kalau bisa ilmu jangan dijual mahal..  :gaktau:
biar semua dokter di Indonesia bisa meningkatkan keilmuannya lebih mudah.. dan biar ngga jadi dokter yang terlalu perhitungan dg px, kalau semua dokter di Indonesia dapat meningkatkan ilmunya dengan mudah, insyaAllah nantinya Indonesia akan terjadi peningkatan mutu pelayanan kesehatan yg lebih baik..  :asik:  :thank2:
Gimana pendapat teman2??
Reply
#2
gua setuju.. emang kursus2 ini terlalu mahal.. tapi yah.. di negara kita terlalu banyak dokter.. & terlalu kurang pemerataan.. otomatis semua dokter maunya di jakarta semua..
otomatis terjadi banyak persaingan kurang sehat.. termasuk u/ para penyelenggara..
It's Mine: Predator Cue - Tipe 4K2 Customized with Ebony
[Image: cue1x-1.jpg]
_________________________________________________________________________
Pure Ebony unstained forearm with Batik Wood Rings & Genuine Leather Grip
Reply
#3
sebelumnya kepada asbud dan anidda 82 salam kenal iia. begini, mengapa biaya kursus, seminar, dan simposium itu mahal. Alasanya ada beberapa:
1. khusus untuk seminar atau simposium yg ada akreditasi IDI, panitia membayar sejumlah uang yang tidak sedikit untuk akreditasi itu juga untuk sertifikasi SKP. Saya pernah menjadi panitia sebuah simposium nasional yang membahas ttg "Diabetes Melitus" di Hotel Gran Melia Jakarta. Itu berlangsung 2 hari, 12 SKP. Uang yang harus disiapkan untuk "cap" sertifikasi tsb berasal dari 1/4 biaya registrasi. Belum lagi biaya tempat, narasumber, peralatan, dll. Saya pernah juga menjadi panitia sebuah seminar ttg vaksin (bekerja sama dengan dep.Anak) di aula FKUI. seminar itu gratis dan tidak ada SKP sama sekali yang dapat diberikan. anggaran dana yang dibutuhkan mencapai 30 juta-an. Jadi wajar kan. tanpa SKP saja, dana yg sibutuhkan segitu banyak apalagi tambah SKP.

Posting Digabung: [time]1254836178[/time]
sebelumnya kepada asbud dan anidda 82 salam kenal iia. begini, mengapa biaya kursus, seminar, dan simposium itu mahal. khusus untuk seminar atau simposium yg ada akreditasi IDI, panitia membayar sejumlah uang yang tidak sedikit untuk akreditasi itu juga untuk sertifikasi SKP. Saya pernah menjadi panitia sebuah simposium nasional yang membahas ttg "Diabetes Melitus" di Hotel Gran Melia Jakarta. Itu berlangsung 2 hari, 12 SKP. Uang yang harus disiapkan untuk "cap" sertifikasi tsb berasal dari 1/4 biaya registrasi. Belum lagi biaya tempat, narasumber, peralatan, dll. Saya pernah juga menjadi panitia sebuah seminar ttg vaksin (bekerja sama dengan dep.Anak) di aula FKUI. seminar itu gratis dan tidak ada SKP sama sekali yang dapat diberikan. anggaran dana yang dibutuhkan mencapai 30 juta-an. Jadi wajar kan. tanpa SKP saja, dana yg sibutuhkan segitu banyak apalagi tambah SKP.
Reply
#4
aduh gak usah jauh2 ke kursusnya deh, coba tanya kenapa biaya masuk dan spp kedokteran begitu mahal ?

soal biaya seminar, biasanya justru yang udah sp, ada yang mau talangin dananya, gak tau kalo buat mahasiswa dan dr.umum
Reply
#5
(Friday, 09 October 2009, 19:30)darknetwork link Wrote:aduh gak usah jauh2 ke kursusnya deh, coba tanya kenapa biaya masuk dan spp kedokteran begitu mahal ?

soal biaya seminar, biasanya justru yang udah sp, ada yang mau talangin dananya, gak tau kalo buat mahasiswa dan dr.umum

komen yak:
1. saya setuju dgn saudara arif adimulya tasela mengenai kenapa biaya seminar itu mahal....
2. buat saudara darknetwork:
    a. biaya masuk mahal+spp mahal??...dimana tempatnya??...tergantung itu mah
    b. biaya seminar SP ditalangin??..bisa jadi, kan banyak medical representatif nya (sponsor)..lha kalo mahasiswa ama 
        dr.umum kan belum bisa menguntungkan sapa-sapa, ya jd gag diuntungkan sapa sapa...logis toh

>>NO OFFENSE<<
Reply
#6
setuju  ma lo rieshra. SPP n biaya masuk mahal untuk FK memang benar (it mah bukan rahasia umum lagi..). tetapi tidak semua FK universitas2 di Indonesia membebankan biaya yang "mahal" untuk mahasiswnya. Mgkn untuk yang universitas swasta, harga mahal bisa dimaklumi karena untuk operasional, fasilitas, pengajar, dsb yg memang berasal dari swadaya. Untuk sejumlah univ.negeri, biaya spp+masuk bisa di nego kok. Ada regulasi khusus baik dari dekanat maupun BEM kemahasiswaannya yang mengatur keringanan biaya untuk mahasiswa dengan tingkat ekonomi rendah atau menengah ke bawah. Bahkan ada senior saya, yang digratiskan uang masuk + spp di"diskon" karena ia memang benar2 tidak mampu...
Klo soal seminar, justru mahsiswa dan dokter umum sangat bisa mengadakan suatu seminar, memang dengan syarat ada sponsor. Bahkan dari seminar it, kita bisa meraup keuntungan lhoo.It's not a joke,it's a reality.
Reply
#7
hi.... salam kenal teman2 sejawat...

IMO: gw rasa yg lebih problem di kalangan dokter umum adalah harga simposiumnya sendiri.
udah kelar kul malah masih harus keluar biaya gede buat ikut2 simposium.
ga ikut salah, menurut buku panduan CPD bisa ga kekumpul syarat SKPnya...
tapi kalo ikut, mahal... masa tergantung ortu terus... (ga enak kali)
kira2 kenapa ya menyelenggarakan workshop/seminar dengan biaya SKP itu bisa mahal?

(Sunday, 11 October 2009, 13:20)Arif Adimulya Tasela link Wrote:Klo soal seminar, justru mahsiswa dan dokter umum sangat bisa mengadakan suatu seminar, memang dengan syarat ada sponsor. Bahkan dari seminar it, kita bisa meraup keuntungan lhoo.It's not a joke,it's a reality.

hm... lumayan juga klo bisa begitu... cm kadang sponsornya agak susah ketemu. CMIIW.

Reply
#8
hai...
newbie numpang nongol yah...
menurut saya,kenapa harga symposium dan seminar itu mahal krena mengikuti rumus ekonomi,semakin banyak yg membutuhkan "SKP" dan hanya sedkit seminar/symposium yang ada dalam setahun maka tentu saja harga seminar dan symposium mahal...karena IDI pun mencari untung dari "SKP" itu (IDI terkadng memsang tarif "label" pemberian SKP itu tergolong mahal)..bahkan klo ditilik dari belakang..sbnernya yang menyebabkan symposium atau seminar itu mahal karena sistem,itulah yang membuat mahal...istilahnya kapitalisme dibidng kesehatan....
untuk memperpnjng STR membtuhkan "SKP" yang tidak sedkit...
bahkan justru sebgai orng2 yg berada dibidng kedokteran...sehrusnya mulai membuka mata terhadap hal atau masalah ini..tpi sya lihat malah para senior dan para kolega yang lebih mapan cenderung "diam" melihat masalh ini...jarang yang berani berkoar untuk melakukan "perlawanan" terhadap kebijakan kumulatif SKP syarat memperpanjng STR...
lalu dimna posisi pasien selama ini?
apkah dengan semkin banyknya SKP yang kita kumpulkan akankah pelayanan kesehatan khususnya dokter mampu semakin baik dalam menempatkan pasiennya secara proporsional???
mari kita introspeksi...
sory saya newbie...
Reply
#9
Emang gak masuk akal sih bagi gua kalo perhitungan SKP ngikutin rumus ekonomi.. Tujuan bikin seminar kan untuk keilmuan dokter.. bukan untuk cari uang..
coba kalo dipikirin begini.. seorang dokter jaga klinik 12 ato 24 jam.. punya istri & anak.. otomatis gak bisa 24/7..
TS tentunya tau banget honor dokter umum berapa.. sukur2 bisa gede.. tapi pada umumnya 125rb/12 jam & 150-200rb/24 jam.. kerja senin-sabtu paling dapet 1 jt udah manteb.. trus kalo ikut seminar, yg notabene seringnya hari sabtu.. berarti berkurang bgt pemasukan (dengan poin bahwa sabtu biasanya banyak pasien).. belom lagi seminar 2 SKP aja harus ngocek 200rb-400rb.. belom lagi tuh dokter harus bayar listrik, telpon, air, & kebutuhan hidup lainnya..
gua pernah ketemu dokter yg kerja di puskesmas.. dia aja ngeluh ama 250skp yg harus dikumpul ini.. kalo mau ikut yg SKP nya gede, bayarnya juga gede & harus keluar kota.. apalagi hanya dokter klinik 24jam???

pengumpulan SKP dlm seminar ini kan mestinya poin untuk keilmuan seorang dokter.. tapi masalahnya yg bikin peraturan ini gajinya minimal 20jt/bulan.. & mereka aja kalo ikut seminar masih minta bantuan medrep.. apa mereka pernah mikirin yg dibawahnya? yg belom berduit & belom ada medrep mau bantuin.. menyedihkan banget peraturan ini..
bagaimana caranya dokter bisa berkembang? belom tekanan dari konsil ttg 250skp.. belom masalah pasien yg banyak tuntut sana sini..

btw, gua salut banget ama junior2 di kampus gua yg dah jadi dosen.. mereka bikin seminar berkali2 dengan poin 2 ampe 5 skp gratis... ini generasi yg baik.. thanks to marshell dkk.. keep up the good work!
It's Mine: Predator Cue - Tipe 4K2 Customized with Ebony
[Image: cue1x-1.jpg]
_________________________________________________________________________
Pure Ebony unstained forearm with Batik Wood Rings & Genuine Leather Grip
Reply
#10
numpang comment jg

pernah suatu ketika PPDS di rs tempat saya coass
mengatakan ilmu seorang dokter itu terdiri dari otak, tangan, dan hati nurani
masalah yang sering kita hadapi dalam dunia keilmuan kita
adalah mengukur segala sesuatu dari nilai otak

nah mengenai SKP mungkin sih baik ya tujuannya utk update ilmu
namun mengapa hal ini jg menjadi komersialisasi???? :hammer:

apa yang dipaparkan om asbud sebelumnya mencerminkan keadaan dokter di indonesia
apalagi statutanya sebagai dokter umum yang jaga klinik/rs 24 jam

nah, apakah ada inisiatif kita untuk membuat seminar dan kursus ini
menjadi lebih terjangkau????? :nohope:

and for the point in this is money talks
and it's kinda ironic to see and hear this problem
Reply


Possibly Related Threads…
Thread Author Replies Views Last Post
  Tanya Sekolah Kedokteran di LN kuncungs 5 9,577 Friday, 09 October 2009, 20:34
Last Post: darknetwork
  Apa yang bisa kita sumbangkan buat kemajuan Pendidikan Kedokteran Indonesia ? lapuma 21 34,523 Sunday, 02 November 2008, 22:06
Last Post: juniourz
  Kursus Akupuntur??? J-Cee 10 18,351 Friday, 28 March 2008, 15:07
Last Post: alien

Forum Jump: